True
GRID_STYLE
TRUE

Breaking News

latest

Advertisement

Proyek Ambisius Tomy Winata di Pulau Rempang: Ancaman Tersembunyi yang Tak Boleh Diabaikan!

Proyek Ambisius Tomy Winata di Pulau Rempang: Ancaman Tersembunyi yang Tak Boleh Diabaikan! OnePedia.Web.Id - Dalam pengembangan inovatif, ...

    Proyek Ambisius Tomy Winata di Pulau Rempang: Ancaman Tersembunyi yang Tak Boleh Diabaikan!

    Proyek Ambisius Tomy Winata di Pulau Rempang: Ancaman Tersembunyi yang Tak Boleh Diabaikan! [ One Pedia - OnePedia.Web.Id ]

    OnePedia.Web.Id - Dalam pengembangan inovatif, Grup Xinyi Tiongkok akan menginvestasikan dana sebesar $11,5 miliar, setara dengan sekitar Rp 381 triliun, untuk membangun fasilitas hilir pasir silika dan kuarsa yang canggih untuk produksi kaca di Pulau Rempang, Kota Batam, di Kepulauan Riau Indonesia. Pabrik kaca ini siap menjadi yang terbesar kedua di dunia.

    Pengungkapan tersebut disampaikan Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, usai kunjungannya ke kantor pusat perseroan di Wuhu, China, pada akhir Juli 2023.

    “Indonesia akan menjadi saksi berdirinya investasi kaca Xinyi yang akan menjadi yang terbesar di luar Republik Rakyat Tiongkok,” kata Bahlil, seperti dilansir melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden pada 28 Juli 2023.

    Belakangan ini Pulau Rempang tengah menyita perhatian masyarakat karena konflik yang timbul akibat bentrokan antara masyarakat adat dengan aparat keamanan gabungan yang bertujuan untuk membuka kawasan untuk pengembangan Rempang Eco City yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN). Proyek ambisius ini rencananya akan dipelopori oleh anak perusahaan Tomy Winata, Artha Graha, melalui PT Mega Elok Graha (MEG).

    MEG telah memegang konsesi untuk mengembangkan pusat bisnis, industri, perumahan, dan pariwisata di pulau tersebut, seluas lebih dari 16.583 hektar sejak tahun 2001. Menurut Sudirman Saad, anggota Divisi Pengelolaan Kawasan dan Investasi di BP Batam, pengembangan Rempang Pulau ini diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi dan potensi ekonomi secara signifikan.

    Selanjutnya, Kementerian Perekonomian dan BKPM telah menetapkan Pulau Rempang sebagai fasilitas hilir terbesar pengolahan pasir kuarsa dan silika. Sudirman menekankan bahwa produk hilirnya akan mencakup sumber energi terbarukan seperti panel surya untuk pembangkit listrik, yang menandakan transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan—sebuah pencapaian besar bagi Indonesia. Pengumuman ini dilakukan pada Kamis, 7 September 2023.

    Investasi Xinyi Group: Berkah atau Bencana?

    Menteri Investasi dan Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, telah dengan bangga mengumumkan investasi ini, menyebutnya sebagai yang terbesar di luar Republik Rakyat Tiongkok. Tetapi pertanyaannya adalah, apa harga yang harus kita bayar untuk ini?

    Pulau Rempang baru-baru ini telah menjadi sorotan akibat konflik yang membara antara masyarakat adat dan aparat yang mencoba mengosongkan wilayah ini untuk proyek Rempang Eco City yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional. Ini bukan hanya soal investasi, ini soal mengorbankan warisan budaya dan lingkungan yang tak ternilai.

    Dampak Positif atau Bahaya Ekologis?

    Anggota Bidang Pengelolaan Kawasan dan Investasi BP Batam, Sudirman Saad, berbicara tentang peningkatan iklim investasi dan potensi ekonomi yang akan dibawa oleh proyek ini. Namun, kita harus bertanya-tanya, apa yang akan terjadi pada lingkungan dan masyarakat setempat?

    Pemerintah menetapkan Rempang sebagai fasilitas hilirisasi pasir kuarsa dan silika terbesar. Ini menandakan peralihan dari energi fosil ke energi terbarukan, seperti panel surya. Tetapi apakah ini benar-benar akan membantu mengatasi masalah lingkungan yang lebih besar? Bagaimana dengan dampak produksi pabrik kaca itu sendiri?

    Bahan Pembuatan Kaca

    Menurut core.ac.uk, bahan yang digunakan dalam pembuatan kaca dapat dikategorikan menjadi dua jenis utama: bahan primer dan sekunder.

    Bahan utama yang selalu ada dalam produksi kaca antara lain pasir kuarsa atau silika (SiO2), natrium oksida (Na2O), kalsium oksida (CaO), dolomit (CaCO3.MgCO3), dan feldspar (kalium, natrium, dan kalsium aluminosilikat). Selain itu, bahan sekunder, seperti boraks (natrium tetraborat) dan cullet (pecahan kaca yang ditolak), digunakan dalam proses pembuatan kaca.

    Selain itu, terdapat bahan penyeimbang seperti kalsium karbonat (CaCO3), barium karbonat (BaCO3), timbal oksida (PbO), seng oksida (ZnO), dan aluminium oksida (Al2O3). Dalam pembuatan kaca, komponen sekunder mencakup bahan pemurnian seperti natrium nitrat, mangan dioksida (MnO2) untuk menghilangkan warna, dan bahan pengotor seperti fluorit (CaF2) untuk membuat kaca buram.

    Dampak Industri Kaca

    AGC Glass Europe, produsen kaca, menyoroti dampak signifikan terhadap lingkungan dari produksi kaca, terutama terkait dengan proses peleburan. Satu-satunya gas rumah kaca yang dihasilkan selama pembakaran gas alam dan penguraian bahan baku produksi kaca adalah karbon dioksida (CO2).

    Selain itu, penguraian sulfat dalam industri kaca dapat menyebabkan pengasaman yang dihasilkan dari senyawa sulfur dioksida (SO2). Selain itu, penguraian senyawa nitrogen yang ada dalam bahan kaca berkontribusi terhadap pengasaman dan pembentukan kabut nitrogen oksida (NOx). Penguapan lelehan kaca dan bahan mentah dapat melepaskan partikel ke atmosfer sehingga berkontribusi terhadap polusi udara.

    Jenis Limbah Industri Kaca

    Menurut penelitian Lashen Fernando dan Deepamal Manuranga (2022), limbah yang dihasilkan dari produksi kaca dapat dikategorikan menjadi tiga jenis:

    Emisi Udara: Senyawa polutan dari pabrik kaca, termasuk nitrogen oksida, sulfur dioksida, dan materi partikulat. Partikel debu halus berukuran kurang dari 10 mikrometer dapat masuk ke tenggorokan dan paru-paru sehingga menimbulkan risiko kesehatan.

    Limbah Cair: Limbah cair dari industri kaca dihasilkan dari proses pembersihan dan pendinginan. Zat berbahaya yang terdapat dalam limbah cair dapat bersifat racun.

    Limbah Padat: Potongan kaca berukuran kecil dapat menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan. Limbah padat dari pabrik kaca juga dapat berasal dari bahan tahan api di tungku dan lapisan residu asam.

    Rempang Eco City: Untuk Siapa?

    Proyek Rempang Eco City yang terintegrasi dengan luas 165 km persegi diharapkan akan meningkatkan daya saing Indonesia, tetapi pertanyaannya adalah, siapa yang akan mendapat manfaat dari proyek ini? Apakah akan ada manfaat nyata bagi masyarakat setempat, ataukah ini hanya akan menjadi kesempatan untuk memperkaya pihak-pihak tertentu?

    Ikhtisar Proyek Rempang Eco City

    Rempang Eco City merupakan proyek pengembangan di Pulau Rempang, Kota Batam. Proyek ini tercatat sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) tahun 2023, yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2023, perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.

    Proyek raksasa ini menghadirkan sejumlah pertanyaan yang tak boleh diabaikan. Dalam keinginan untuk maju, kita tidak boleh mengorbankan lingkungan, warisan budaya, dan kesejahteraan masyarakat setempat. Dengan investasi sebesar ini, penting untuk menjaga agar Xinyi Group dan Tomy Winata bertanggung jawab atas dampaknya, dan memastikan bahwa kepentingan masyarakat dan lingkungan tidak terlupakan dalam prosesnya.

    SumberTEMPO

    Tidak ada komentar

    Opedi memerlukan kritik dan saran dari sobat Opedi demi kelangsungan blog ini.
    Buat yang sekadar ingin komentar dipersilahkan.
    Budidayakan berkomentar dengan perkataan yang baik.

    Advertisement