Pemberontakan G30S PKI: Kisah Mengerikan Pembunuhan Letnan Jenderal Ahmad Yani oleh Serda Giyadi Serda Giyadi (Kiri) pelaku penembakan Jend,...
Pemberontakan G30S PKI: Kisah Mengerikan Pembunuhan Letnan Jenderal Ahmad Yani oleh Serda Giyadi
Serda Giyadi (Kiri) pelaku penembakan Jend, Ahmad Yani usai ditangkap oleh pasukan TNI AD.(Kolase IG @revolusi_bangsa1965) |
OnePedia.Web.Id - Peristiwa berdarah yang terjadi pada 1 Oktober 1965, yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September (G30S), masih menjadi titik kelam dalam sejarah Indonesia. Pemberontakan yang mengguncang bangsa ini melibatkan penculikan dan pembunuhan beberapa jenderal Angkatan Darat, termasuk salah satu pahlawan revolusi, Letnan Jenderal Ahmad Yani.
Seorang prajurit berpangkat rendah bernama Serda Giyadi menjadi eksekutor dalam pembunuhan tragis ini. Lahir pada tahun 1928 di Solo, Jawa Tengah, Giyadi bergabung dengan pasukan Cakrabirawa pada tahun 1963. Pada 16 April 1968, dia dieksekusi bersama tiga rekannya: Johannes Surono, Paulus Satar Suryanto, dan Simon Petrus Solaiman.
Mengutip kesaksian Giyadi, peristiwa tersebut terjadi di rumah Ahmad Yani pada dini hari, sekitar pukul 04.00 WIB. Saat itu, Ahmad Yani sedang tidur bersama istrinya. Serda Giyadi memasuki kamar dengan senjata di tangan dan memerintahkan Ahmad Yani untuk mengikuti perintahnya.
Namun, Ahmad Yani tidak menyerah begitu saja. Terjadi perkelahian hebat antara keduanya, yang berakhir tragis ketika Giyadi menembak Ahmad Yani sebanyak tiga kali di dada dan perut. Ahmad Yani tergeletak tak berdaya di tempat tidurnya, dan Giyadi melarikan diri dengan senjata miliknya.
Setelah membunuh Ahmad Yani, pasukan Cakrabirawa melanjutkan aksinya dengan menculik lima jenderal lainnya: Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomihardjo, Mayor Jenderal Suwondo Parman, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, dan Mayor Jenderal Suprapto. Mereka dibawa ke Lubang Buaya, tempat latihan militer di pinggiran Jakarta, dan disiksa serta dibunuh secara sadis. Mayat-mayat mereka dibuang ke dalam sumur tua.
Aksi pembantaian ini segera diketahui oleh Mayor Jenderal Soeharto, yang mengambil alih kendali situasi. Dia mengumumkan bahwa G30S adalah pemberontakan komunis yang bertujuan untuk menggulingkan Presiden Sukarno. Soeharto kemudian melancarkan operasi militer untuk menumpas G30S dan para pendukungnya. Pasukan Cakrabirawa yang terlibat dalam pemberontakan menjadi target pengejaran dan penangkapan.
Serda Giyadi ditangkap pada 4 Oktober 1965 dan menjadi saksi dalam perkara tersebut. Dia mengaku hanya menjalankan perintah dari atasannya tanpa mengetahui tujuan sebenarnya dari aksi tersebut. Giyadi juga mengaku menyesal telah membunuh Ahmad Yani.
Setelah menghabiskan 22 tahun dalam penjara, Serda Giyadi akhirnya dieksekusi oleh regu tembak pada 16 April 1988 bersama tiga rekannya. Peristiwa ini menjadi simbol dari keterlibatan berbagai pihak dalam peristiwa G30S PKI yang mengerikan dan telah meninggalkan bekas mendalam dalam sejarah Indonesia.
Sumber: Tribun Manado
Tidak ada komentar
Opedi memerlukan kritik dan saran dari sobat Opedi demi kelangsungan blog ini.
Buat yang sekadar ingin komentar dipersilahkan.
Budidayakan berkomentar dengan perkataan yang baik.